SERTIFIKAT 200 JAM PELAJARAN (kisah spiritual)

admin  | 26 Sep 2022  | 343 views  |

 

Penulis: Ika Kartika


Panjang terbawa alam, memutar antara siang dan malam. Terpapah tatapan rembulan bergayung menyambung dalam mata tajam sang surya. Dilebur awan dalam awal gerimis, menetes deras air jatuh ke bumi diiringi irama petir yang sesekali berkelebat kilat hebat membelah bumi. Angin bertiup, menjadikan melengkung horizontal rintik air yang memanjang menyiprat setiap tempat yang diteduhi, diadili agar merasa sama dalam kuyup basah tanah yang memerah. Terkikislah semua merubah kebeningan menjadi keruh, mengalir merambah lembah-lembah landai, mengantarkan puing-puing kecil bersama ranting daun dan dahan, boleh jadi menuju jurang yang curam yang tak diharap setiap orang.

Jika takdir datang menjelang, akankah berujung pada kehidupan dasar jurang yang curam? Memanjang tapak dalam 200 jam. Bergayut rinai lembut bercerita syahdu, membawa langkah-langkah pada banyak dimensi yang sulit dimengerti. Hanya dengan kesadaran yang stabil dimensi ini bisa terkontrol tak berujung sakit. Saat yang sama datang spekulan-spekulan arogan berlandas falsafah intelektual. Memapah galak tak ragu terucap. Menghancurkan ekspektasi dalam sebuah kolaborasi hidup, boleh jadi dinilai radikal, namun semua terjadi dalam bayang panjang yang berulang-ulang, dan ini memancing kesal sebuah hati yang sempat sabar. Semua melilit menepi sisi diri dan seolah harus berlari. Kaki diantara duri-duri meniti, menguji dalam keyakinan hati yang abadi.

Akankah datang semua jejak terangkum akumulasi nilai dalam selembar  sertifikat, itu benar-benar termiliki. Memajang angka 200 jam pelajaran yang menyita banyak hal, tertatih-tatih berlatih, terkata-kata terucap, berlama-lama harus sabar, dalam kasat mata, dari sesuatu yang tak kasat mata. Celoteh hati terasa optimis, namun kapan selembar kepastian itu kudapatkan. Dalam menapaknya telapak kaki yang tak ragu, mengisyaratkan sebuah kenyamanan terayun melangkah. Sesekali walau masih ada rabaan nyaman diantara luka, seutuhnya menyampaikan ilustrasi indah pada waktunya. Hanya Dia yang tahu semua ini, dan aku pun selalu mengembalikan kepadanya, hasbunalloh wani'mal wakill.

Tulisan Terkait