AKU, IBU, KITA DAN WAKTU

admin  | 19 Ags 2022  | 359 views  |

PENULIS : RISTIANA (X MIPA 1)


Tepat 1 hari yang lalu,seorang malaikat tak bersayap berulang tahun.18 Agustus 1978,ibu dilahirkan ke dunia ini dan menjadi awal dari sebuah kehidupan yang ia lalui.Hari ini aku berniat memberikan sebuah kejutan kecil untuknya,sebuah kue dengan tulisan yang cukup sederhana di atasnya.
Aku bukan tipe orang yang bisa mengungkapkan perasaan didepan orang yang aku sayang,bukan tak mampu tapi aku malu mengatakannya.
Sepulang sekolah,aku langsung mengambil kue di toko yang aku pesan.

"Mbak,mau ambil pesanan kemarin"Ucapku sambil memasuki kawasan toko tersebut.

"Boleh dek,sebentar ya"

Aku pun menunggu,sekitar 10 menit aku berdiri disana,menatap kendaraan yang berlalu lalang.

"Ini kue nya ya..."Ucapnya sambil menyerahkan sebuah kotak yang bertuliskan nama toko tersebut.

"Terima kasih mbak,uangnya sudah kemarin ya"Jawabku sambil menerima kotak tersebut.

"Iya dek,hati hati yah bawanya"

Setelah itu,aku langsung pulang ke rumah dan berharap aku berhasil memberikan kejutan kecil itu untuk ibuku.

15 menit berlalu,aku sampai di rumah dan tak melihat siapapun di depan rumahku.Aku masuk kedalam dan langsung menuju kamar,memang keseharianku dirumah hanya diam dikamar.Aku langsung mandi dan segera mengganti pakaianku,setelah itu aku makan dan kembali melanjutkan aktivitas sore seperti membaca novel atau hanya bermain dengan kucing.

"Pengen nulis surat,tapi kata-katanya apa ya?"Tanyaku pada diri sendiri

Aku mengambil sebuah buku diary,tertulis jelas dicover nya bahwa buku itu adalah milikku.Aku mulai menulis kata demi kata dilembar kertasnya.

Untuk ibu dari anak perempuanmu

Ibu,beberapa tahun lalu aku masih tidak bisa apapun bahkan untuk mengenal orang lain pun aku tak mampu.
Ibu,setiap jam bahkan setiap detik kau selalu memberiku segalanya.Meski bukan dalam bentuk barang atau uang,tapi kau memberiku kasih sayang yang tak kudapatkan dari orang lain.
Ibu,selamat ulang tahun...
Aku hanya berharap disaat aku sukses nanti ibu masih bisa melihatku sambil menangis haru karena bangga dengan pencapaianku.
Aku tidak berjanji tapi aku akan terus berusaha hingga suatu saat ibu berkata "Lihatlah,dokter cantik itu putriku"
Maaf jika aku belum bisa membuatmu bangga,maaf jika aku tidak pernah mengucapkan selamat hari ibu ditanggal 22 Desember,tapi aku selalu berdoa di setiap sujudku agar kita tetap bersama selamanya.

Aku letakkan selembar kertas dengan tulisanku didalamnya diatas nakas dikamar orangtuaku.Aku tak memberi kejutan itu secara langsung,tapi aku simpan saja di kamarnya karena jujur aku tidak bisa melakukan itu,air mataku akan cepat jatuh jika melihat wajah bahagianya.

Keesokan harinya,seperti biasa aku bangun jam 03.40 pagi dan langsung menyiapkan keperluan sekolah dan mengecek kembali tiap buku agar aku tidak lupa jika hari ini ada tugas tambahan.
Saat aku membuka lemari ada sebuah kertas yang disimpan dibawah bajuku.Aku pikir itu surat atau undangan dari sekolah ternyata isinya bukan.
Diatas kertas itu terdapat sebuah tulisan 'Terima kasih anakku,ibu bangga punya putri seperti kamu nak.Jangan pernah malas ya belajarnya,suatu saat ibu akan lihat kamu mengucapkan sumpah dokter,semangat ya sayang'

Aku bisa dibilang cengeng,membaca kata-kata yang ibuku tulis saja aku nangis.Mengingat kata-katanya membuatku teringat cerita masa lalunya,dan masa lalunya itu yang selalu menjadi alasan dia selalu bilang "Jangan pernah putus asa jika orang lain merendahkan kamu"

Tahun 2016,dimana keluargaku mendapat musibah yang bisa dibilang cukup berat.Saat itu,aku dan abangku terkena demam berdarah dan tifus.Kami berdua sama-sama dirawat di Puskesmas,namun aku harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar karena demam berdarah yang aku alami itu sudah termasuk kedalam fase sangat gawat,dimana wajahku sudah membiru dan dari pori-pori ku keluar bintik-bintik darah.
Keluargaku terpuruk saat itu,mengingat aku yang terus dibawa ke tiap-tiap rumah sakit tapi rumah sakit yang keluargaku datangi kapasitasnya sudah penuh.Berada dalam ambulance dan tak bisa melihat apapun,hanya bisikan suara yang kudengar.10 hari aku dirawat di rumah sakit dan akhirnya aku bisa pulang dan berkumpul kembali dengan keluargaku meski terkadang aku merasa sakit hati karena saat aku sakit keluarga ayahku sama sekali tidak menemui ku bahkan saat aku masih terbaring di rumah mereka tidak pernah bertanya tentang keadaanku dan abangku.

Dari sanalah,aku mulai berpikir untuk tetap bertahan meski berat dan penguat utamaku adalah ibu.

"Tidak akan kubiarkan siapapun menyakitimu,jika memang mereka nekat mereka akan tahu siapa yang pantas disebut pecundang"Bisikku sambil berjalan keluar rumah dan berangkat ke sekolah.

"Ibu,aku mau berangkat sekolah"Ucapku sambil menyalami tangan ibuku

"Iya nak,bekalnya awas ketinggalan"

"Iya bu,aku pamit Assalamualaikum..."Aku berangkat ke sekolah,dengan mata yang masih terlihat merah karena deraian air mata yang membasahi pipiku.

Aku tahu kita hidup itu sesuai takdir yang diberikan Tuhan,tapi kita tidak boleh bermalas-malasan dengan alasan hidup itu sudah diatur oleh Tuhan.Ketika kamu lelah dan butuh tempat bersandar,berceritalah pada orang terdekatmu jika itu perlu tapi jangan terlalu terbuka karena orang terdekat pun terkadang hanya ingin tahu bukan peduli.

Tulisan Terkait