FILOSOFI LARON

PENULIS : ENCU SYAMSUDIN, S.Pd
Alhamdulillah… segala puji terhatur pada Allah penguasa semesta.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada manusia sempurna, sosok panutan, Khatam An-Nabiyyin… Muhammad SAW.
Rabbi…. Tidak satu pun ciptaan – Mu sia-sia……
Seperti biasa, selepas sembahyang Maghrib menjelang Isya, duduk dan bermalas-malasan di teras rumah sudah menjadi rutinitas favorit harian. Hening nya suasana disertai dinginnya hembusan udara malam, selalu menjadi alasan kenapa teras rumah seolah menggambarkan tenang nya suasana senja. Setelah raga dipaksa berpeluh menjalani panas dan keras nya siang, malam pun tiba menawarkan sejuta ketenangan.
Sampai tiba-tiba ketenangan itu sedikit terusik dengan hadirnya sekelompok Laron yang terbang berkerubung mengelilingi lampu. Dikenal dalam bahasa Indonesia dengan nama Laron, sementara kami orang Sunda, lebih senang menyebutnya “Siraru”.
Secara kodrati, hewan yg satu ini senang sekali mendekati sumber cahaya. Setiap ada cahaya terang sedikit saja, hewan ini biasanya langsung tertarik untuk ngumpul. Lumrahnya kelompok Laron ini tidak pandang bulu dalam mendekati semua jenis sumber cahaya. Mereka sedikitpun tidak peduli sumber cahaya nya apa : Lampu, Lilin, obor, bahkan api unggun pun, tidak segan-segan mereka kerubungi. Ironisnya, justru hal ini yg menyebabkan mereka mati, baik secara perlahan maupun sekaligus.
Terhitung masih beruntung kalau yg mereka dekati itu lampu, resiko maksimal yang mereka tanggung hanya sempoyongan, terus jatuh ke lantai, dan pada akhirnya, jadilah dia makhluk aneh tak bersayap. Biasanya kalau sudah ada pada fase ini, pilihan nya cuma dua, yaitu :
1. Mencari lubang persembunyian baru untuk hidup dan berkembang biak kembali; atau
2. Tamat riwayatnya dimakan hewan lain yang ukurannya lebih besar, seperti: cicak, katak, atau bahkan kadal.
Alloh menciptakan segala sesuatu, tak satu pun sia-sia. Seolah hal itu menjadi ibrah dan pelajaran bagi manusia. Jika "Lampu" itu diibaratkan 'Dunia', sementara "Laron" diibaratkan "Manusia", secara kodrati manusia sangat mencintai dunia dan tak kenal lelah mengejar dunia. Hal itu wajar, selama manusia tidak menjadikan dunia sebagai tujuan. Tapi sekalinya manusia menjadikan dunia sebagai tujuan, ujung2 nya, dia pasti jatuh tersungkur dalam keadaan hina dan tersiksa di dunia, terlebih di akhirat.
Dunia diciptakan dalam keadaan yg selalu memikat dan mempesona hati manusia. Serba indah menyilaukan bahkan dianggap mengekalkan. Cukuplah kita sebagai muslim, menjadikan dunia hanya sebagai sarana yg “cahaya” nya bisa mengantarkan kita pada apa yg diridoi-Nya. Tidak usah lah kita serakah dg menjadikan dunia sebagai tujuan yg harus digenggam sepenuhnya.
Lihatlah Laron… hanya Laron yg sering membenturkan dirinya pada sumber cahaya lah yg tidak bisa bertahan hidup. Sedangkan laron yg sekedar berputar di kisaran cahaya, mereka lah yg tubuhnya utuh lengkap dg sayapnya dan bisa bertahan lebih lama.
Dunia… bukanlah hal yg bisa kita tinggalkan begitu saja... Tapi, dunia juga tidaklah pantas untuk kita jadikan sebagai tujuan yg menyebabkan hidup kita jatuh tersungkur dalam keadaan hina dan sengsara.
“Bekerja lah untuk dunia mu seolah-olah kamu akan hidup selamanya, Beramalah untuk akhirat mu seakan-akan kamu akan mati besok” (Al-Hadits)
Wallohu'alaam....
19-08-2022 M / 21 Muharrom 1444 H / 19.48 WIB